Gunung Culo & Situs Liyangan

Pagi yang sepoi mendung, menerus melemahkan semangat yang sore sebelumnya sudah diguyur hujan. Berasa bangun sudah berada di tumpukan busa dan sofa. Melengok dari balkon tingkat 2 rumah yang belum lama di akrabi. Membual ke barat, hutan-hutan padat yang di baliknya bermimikri menjadi lahan-lahan subur penghancur, ada di penghujung pupil, merapat bersama debu yang sudah berubah wujud di tepian mata. Cahaya nya samar-samar, begitu mengenal tetapi tidak untuk menertawakan nya hari ini. Cantik nya cukup membuat bosan tak lebih dari seperempat detik.

Sekira Sepenggalan, setelah membungkus sangu dari Tlangu. Menuju barak hasil dari tulang-tulang dinosaurus yang telah berfermentasi menjadi atom-atom yang diserap kuda kuda dari tanah para Romusha. Ada rekan yang saya kenal tapi tak pernah menjumpai dan tak bisa mengikut untuk hari ini, Damarjati (sebuah desa yang mengingatkan pada seorang filsuf, Guru Besar Filsafat UGM, Damardjati Supadjar)


Dimana alas buat bermalam, tak menentukan akan berada pada fokus yang mana, melewati rangkaian kontur dan sistem yang seperti apa. Sampai sore mengerucut, bentuknya meruncing persis cula badak jika dilihat dari sisi utara. Titik bahasan yang kudu segera di diskusikan. Bernegoisasi dengan para user zat zat pemacu lelahnya tanah setempat tentang apa yang bisa mereka perbuat untuk kami bisa sampai atas. Hari semakin gelap… kabut-kabut tipis cantik mulai naik, embun yg menyentuh kulit perlahan tiris. Dikira serta merta kami adalah penggadai usia, penggadai kumpulan bilangan recehan dengan tuah-tuah dunia yang ditinggalkan manusia sebelumnya.



Menjumpai maghrib menjumpai puncak. Jangan harap pohon-pohon besar yang bisa tersenyum seperti pada film “Bridge of Terabithia”, cuma ilalang pun disini hitam, terbakar di sela kemarau kemarin. Hanya rumput-rumput yang menggeliat, menunjukan sel sel Tuhan masih hidup dibawah tanah meskipun tubuh mereka dihajar api. Cukup menunggu hujan, mereka tumbuh, karena ini benar-benar November!


Pagi hari, sang kakak yang tercatat samar memuntahkan solfatara di rentan tahun 1800-an

Sepenggalan berikutnya, menuruni sebuah peradaban kuno yang dihajar letusan beberapa abad silam, terdapat 3 lingga, terkubur material dan konon seluas 6Ha. Kayu apa yang dipakai untuk mendirikan bangunan? Bagaimana cara memotong batuan? Jenis beras apa yang gabahnya telah memfosil? Dimana ujung jalan berbatu buatan nenek moyang? Ilmu, adat dan kearifan lokal yang seharusnya tetap kita sandang sampai sekarang



 

Sabdo Palon . Salam _/\_

Gunung Prau – Tim Sergap Indonesia

Bertepatan dengan DCF (Dieng Culture Festival) 2013

Roiz yg sudah jauh-jauh hari mengabarkan hendak ke Dieng,  DCF an sekaligus tilik Gunung Prau. Tetapi jauh-jauh hari juga saya bilang kalau gak bisa nemenin atau nganterin muter-muter edisi mbalayang kali ini. Beberapa rombongan kudu dilayani di DCF tahun ini.
*Sedikit cerita tentang Roiz, kita kenal sekitar April 2013. Sore Dia dateng dari Temanggung dan Cojack (temen Traveller Kaskus) datang dari Jakarta. Mereka ketemuan di Dieng, sebelum akhirnya kita ber3 ketemu di Dieng dalam keadaan hujan. Ngobrol-ngobrol dan ngopi di Bujono (waktu masih ada mas Dwi).  Suasana sore yg dingin tapi hangat, beberapa macam gorengan dan bergelas-gelas arak, eh kopi. Mbahas dari yg namanya A sampai Z, lor kidul wetan kulon, ngisor nduwur kiwo tengen ngarep mburi. Suasana cair kaya dah kenal lama.
Seperti rencana sebelumnya yg diutarakan Cojack, malamnya berangkat ke Sikunir, saya ngajakin Eko, temen segala suasana dari Dieng. Berangkatlah kami ber4 dalam keadaan gerimis. 10 menit sesampai di desa Sembungan gerimis makin deras alias berubah jadi hujan. Niat nenda di puncak Sikunir pun surut, kondisi suram. Suer enakan tidur di homestay dengan kasur dan selimut tebel nya, ada kopi teh panas dan cemilan suguhan homestay, racun saya bisikan selanjutnya. Tanpa lama mereka mengiyakan. Kami ber4 tidur di homestay salah 1 rekan di Sembungan. Dasar cangkem gojek ketemu cangkem nglayap, ngecret panjang lebar finish jam 2 pagi. Sekamar ber4 no problem dah, biar rapet anget.
Paginya cuaca masih sama, mereka ber3 nekat naik Sikunir walau sudah jam 7 pagi (berangkat nyunrise apa berangkat ke ladang pak #ngakaks). Nglanjutin narik selimut itu dah ide paling bagus, bosen mah Sikunir #cool. Sampai Dzuhur kami masih tertahan di Sembungan, karena memang enak bener kabut disini buat gegoleran di kasur.
Siang sekitar jam 1 an, mereka (Roiz & Cojack) pada turun ke Wonosobo, suasana langit juga tidak berubah dari kemarin, syuram bagi kami tetapi tidak bagi para petani kentang karena tanaman kentangnya sudah disiram alam. So… kadang yg kita keluhkan itu justru sangat bermanfaat bagi orang lain, entah sekitar kita atau belahan bumi lain *sok a wise*
Nah ini… Selama 2 hari 1 malam obrolan kita, Roiz berkali nyentil “ra meh jaluk tanda tangan ku po?” (gak mau pada minta tanda tanganku apa?). Loh apa maksud bocah ini… dalam ati tanya gitu. Dia siapa, bisa apa, apakah salah 1 orang yg berkompeten di salah 1 bidang dan berpengaruh? Muka dan gaya nya emang nyleneh, omonganya banyak gak jelas nya. Asu tenan pokoke cah 1 iki! hahaha
Sampai akhirnya saya tau, setelah meliat tayangan dia beserta komunitasnya, BaliBackpacker di program Kick Andy Metro Tv (baru beberapa minggu yll, video silakan searcing di youtube). Dia menjabat sebagai Dalang utama di band Ethno Experimental “Tembang Pribumi” (Website : tembangpribumi.com – Twitter : @tembangpribumi) . Selanjutnya ubek-ubek sendiri ya alamat tersebut :D* (OOT nya udahan ya, back to topic)

Semalam sebelum DCF, Roiz sms bahwa dia sudah berada di Gardu Pandang Tieng bareng Pak Dadi Wiryawan (Tim SERGAP Indonesia) dari Jogja, dengan 2 motor. Because salah 1 motornya dikhawatirkan gak kuat nanjak, maka saya turun menjemput boncengan sama Eko ke tkp. Pokoknya ceritanya kita tau-tau sampe Dieng aja dan istirahat di rumah Eko. Ramailah di rumah, Roiz, Pak Dadi dan juga Mulkan… temen titipan dr temen Backpacker Medan dan juga member Traveller Kaskus. Ngeteh ngemil gojek, tepatnya gojek kere kalau sama Roiz.

Pagi hari Dieng udah menggeliat, ramai orang dan kendaraan pada wara wiri. Saya sudah harus ngurus beberapa rombongan yang ketemu di Dieng hari ini. Dari urusan transport, ada yg lewat jalur Pantura Pekalongan – Bandar – Gerlang – Batur – Dieng  karena waktu itu memang jalur Wonosobo – Dieng ditutup karena perbaikan jembatan Tieng, sampai ngurusin tiket beserta ID card DCF, yg kelihatanya sepele tapi vital.
Siang yang sibuk, menyempatkan lah saya mengantar si Dalang edan dan Pak Dadi ke basecamp Gunung Prau di desa Patak Banteng. Maaf sekali saya tidak bisa ikut naik ke atas karena hal hal sudah menjadi kodrat saya, akhir pembicaraan sebelum mereka trekking naik dan saya balik ke Dieng.

Skip skip…
Sampai akhirnya mereka turun dari Gunung Prau keesokan harinya (hari pertama DCF) dan menjumpai foto foto dari kamera Pak Dadi seperti berikut ini ~

 


Misi mereka mengibarkan si Koneng bendera SERGAP di Gunung Prau terlaksana \m/

Hari ke 2 tamu-tamu DCF mayoritas sudah berada di Dieng hari ini. Kami mencar, Mulkan juga sudah gabung ke rombongan nya yg ngumpul di Dieng. Ketoke pagi hari nya Pak Dadi & Roiz jalan-jalan ke Sikunir, kalau dilihat jepretan beliau seperti berikut :

 


Di hari ke 2 ini, sore harinya Roiz pulang duluan. Katanya sih ada urusan yg sangat urgent di Jogja . Tapi udah ketebak sih urusan dia apaan :))) . Disertai urusan saya yang sudah selesai, Pak Dadi nambah nginep semalam di Dieng, dan baru ke esokan hari nya dia bertolak ke Jogja :D

Credit :
Dadi Wiryawan , Fotografer TIM SERGAP INDONESIA
Terimakasih atas kunjungan dan jepretannya yg luar biasa _/\_

Sendangsari Bamboo Homestay

At Sendangsari Bamboo Homestay, we will to make sure you feel at home and have a good night’s rest. Our spacious, comfortable and traditional bamboo rooms has everything for the great experience day leisure in Wonosobo or Dieng.



(click to enlarge picture)

Standart Single Room :
Beds : Queen
Occupancy : 2 Persons (up to 4 persons)
View : Mountain & Field Rice
Rates From : $35 (350K)/night/room/bfast 2 pax
Extrabed : $10 (100K)/night
Available : 3 rooms

Contact :
Phone : +62 8562 777 105
Bbm : 233BF16C
Email : kalderaprau@gmail.com

Address :
Jalan Dieng KM.7 – Dusun Kalikuning
Desa Sendangsari, Kecamatan Garung
Wonosobo, Central Java
Indonesia 56353

 

YPGP / MPCP – Rapat Pengurus #1

Diluar kesibukan masing-masing, rapat pertama ini berhasil mempertemukan kembali teman-teman seperjuangan dari 2 wilayah di lereng Gunung Prau, Wonosobo dan Kendal. Wonosobo diwakili dari Patak Banteng dan Kendal diwakili dari Sukorejo.

Rapat ini membahas visi misi kedepan MPCP, AD/ART , susunan pengurus dan pelegalan Yayasan Pelestarian Gunung Prau (YPGP). Banyak yang dibahas disini, termasuk juga pembuatan website www.gunungprau.com guna pusat informasi pelestarian dan kegiatan.

Tempat : Patean Sukorejo
Waktu : 6 Februari 2013
Daftar hadir :

  • Mujib Syafii
  • Andi Gunawan
  • Khamid Noer
  • Paulus Nugrahajati
  • Arin
  • Giyantono
  • Heri
  • Misyadi
  • Susanto
  • Desi Kristiana
  • Yoyok
  • Susana Y
  • Sendi Kurniawan
  • Bernard T. Wahyu Wiryanta

Adapun Kepengurusan yang terbentuk dalam rapat :

1. Ketua               : Bernard T. Wahyu Wiryanta
2. Sekretaris       : Desi Kristiana
3. Bendahara     : Paulus Nugrahajati
4. Humas :
– Humas Kawasan Lereng Utara      : Yoyok
– Humas Kawasan Lereng Selatan   : Mujib Syafii
– Humas Kawasan Lereng Barat      : Kukuh

1. Seksi Perlindungan Satwa Liar   : Andi gunawan
2. Seksi Perlindungan Flora             : Khamid Noer
3. Seksi Reboisasi                              : Susanto
4. Promosi dan Publikasi                 : Paulus N, Bernard T. Wahyu Wiryanta, Bee Violet Band


Selanjutnya masing-masing seksi dan yang menjabat pengurus akan membuat program kerja, masing-masing seksi dan mencari teman untuk membantu pekerjaannya. Tiap akhir bulan masing-masing seksi akan melaporkan pekerjaannya, kemudian team akan melakukan evaluasi dan membuat solusi dan program kerja selanjutnya. Selamat Bekerja :)